Trend . 02/05/2025, 06:36 WIB

Mengapa Hari Pendidikan Nasional Diperingati Setiap 2 Mei? Ini Alasannya

Penulis : Afdal Namakule  |  Editor : Afdal Namakule

fin.co.id - Setiap tanggal 2 Mei, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Momen ini menjadi waktu refleksi penting untuk melihat kembali bagaimana peran pendidikan dalam membentuk karakter bangsa

Namun di balik peringatan ini, tersimpan sejarah panjang dan nilai-nilai luhur yang layak dikenang oleh generasi muda.

Tanggal 2 Mei dipilih sebagai Hari Pendidikan Nasional bukan tanpa alasan. Tanggal ini merupakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

Beliau lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan tumbuh menjadi tokoh perintis pendidikan yang memperjuangkan hak belajar bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama kaum pribumi yang pada masa kolonial sangat terbatas aksesnya terhadap pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara, yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah tokoh yang sangat kritis terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda yang elitis dan diskriminati.

Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan yang membuka pintu belajar bagi rakyat biasa tanpa memandang kelas sosial. Visi pendidikannya sangat progresif—ia percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap manusia dan harus membebaskan.

Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara begitu terkenal dan relevan hingga hari ini. Salah satu warisannya yang paling ikonik adalah semboyan:

"Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani"

Artinya, “Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.”

Prinsip ini bukan hanya menjadi pedoman dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam kepemimpinan secara umum.

Penetapan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional dilakukan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia pada tahun 1959. Pemerintah kala itu ingin mengabadikan semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara sebagai simbol penting dalam pembentukan karakter dan intelektualitas bangsa. Maka sejak saat itu, setiap 2 Mei menjadi momentum tahunan untuk menghargai jasa para guru, pendidik, serta refleksi atas kualitas pendidikan nasional.

Tak hanya seremoni atau upacara, Hardiknas juga menjadi panggilan untuk memperbaiki dan memajukan dunia pendidikan Indonesia. Di era digital seperti sekarang, tantangan pendidikan jauh lebih kompleks—mulai dari kesenjangan akses teknologi hingga tuntutan kurikulum yang relevan dengan zaman. Namun, semangat dasar Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang membebaskan tetap menjadi kompas arah.

Guru, dalam konteks ini, bukan sekadar pengajar. Mereka adalah pelita yang menerangi kegelapan, pemandu arah bagi generasi penerus bangsa. Di momen Hardiknas, ungkapan terima kasih kepada para guru tidak boleh sekadar menjadi formalitas, tetapi harus diwujudkan dalam dukungan nyata: peningkatan kualitas hidup guru, pelatihan berkelanjutan, dan apresiasi terhadap dedikasi mereka.

Selain itu, peran orang tua dan masyarakat luas juga menjadi bagian penting dalam ekosistem pendidikan. Ki Hadjar percaya bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tapi juga di rumah dan di lingkungan sekitar. Dengan semangat gotong royong dan kepedulian bersama, pendidikan yang inklusif dan berkualitas bisa tercapai.

Hari Pendidikan Nasional juga menjadi ajakan bagi generasi muda untuk terus semangat belajar dan berkembang. Di tengah perubahan global, pendidikan adalah kunci untuk tetap relevan dan berdaya saing. Setiap anak yang belajar hari ini adalah pemimpin masa depan bangsa esok hari.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

Email:fajarindonesianetwork@gmail.com