fin.co.id - Disleksia seringkali menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua yang menyadari anaknya mengalami kesulitan membaca atau memahami teks.
Bukan karena malas atau tidak pintar, melainkan karena adanya gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi kemampuan berbahasa dan membaca.
Kondisi ini bisa tampak sepele di awal, tapi bila tidak ditangani, disleksia dapat membawa dampak jangka panjang yang cukup serius, baik secara akademis, emosional, maupun perilaku.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu disleksia, gejala-gejalanya, bagaimana kondisi ini bisa terjadi pada orang dewasa, juga langkah-langkah perawatan yang bisa dilakukan untuk membantu anak maupun individu dengan disleksia.
Apa itu disleksia
Apa itu Disleksia? Disleksia adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, mengeja, menulis, dan terkadang berbicara.
Anak dengan disleksia bukan berarti malas belajar atau tidak cerdas, namun otaknya memproses informasi bahasa dengan cara yang berbeda.
Menurut dr. Purboyo Solek, Sp.A(K), disleksia sebaiknya dideteksi sedini mungkin, idealnya saat anak berusia 2 hingga 5 tahun, saat masa perkembangan bahasa masih berada dalam fase kritis.
Baca Juga
Diagnosis dini memungkinkan dilakukan intervensi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan anak ke depannya.
Jika tidak dikenali sejak dini, disleksia bisa bertahan hingga usia remaja dan dewasa. Bahkan, kondisi ini bisa memicu masalah perilaku serius seperti ADHD dan conduct disorder.
Gejala Disleksia yang Perlu Diwaspadai
Orang tua dan guru sebaiknya waspada terhadap beberapa gejala umum disleksia. Beberapa ciri-ciri awal yang bisa terlihat pada anak-anak antara lain:
-
Kesulitan membedakan huruf yang mirip, seperti b dan d atau p dan q
-
Sering membalik huruf atau kata saat menulis
-
Membaca dengan lambat atau terbata-bata
-
Kesulitan memahami teks yang dibaca
-
Menghindari aktivitas yang berhubungan dengan membaca
