“Kalau bapak beli sekarang, selama 3 tahun kalau bapak enggak puas, bapak bisa balikin ke kita. Kita hargai 70 persen. Kalau merek lain mungkin cuma 50 persen,” kata Tekno dengan penuh keyakinan.
Langkah ini dinilai sebagai cara untuk meminimalisasi risiko depresiasi harga kendaraan listrik, yang sering kali jadi kekhawatiran utama konsumen saat memutuskan beli.
Pasar Mobil Listrik Masih Terbuka Lebar
Tekno juga mengakui bahwa pasar mobil listrik masih berada di tahap awal. Meski demikian, ia cukup optimistis terhadap masa depan produk otomotif Polytron.
“Kita berbilang sempurna, kita berpikir baik-baik saja. Tapi menurut saya, ini hal yang bisa kita lakukan. Dan kami cukup yakin, di depannya, Polytron bisa dimobilisir,” ungkapnya.
Polytron sendiri sudah punya rekam jejak di kendaraan roda dua listrik, dan perlahan mulai merambah ke segmen roda empat. Tekno menambahkan bahwa media punya peran besar dalam membuka akses informasi agar masyarakat tahu kelebihan produk lokal seperti milik Polytron.
Kesimpulan: Polytron Ciptakan Standar Baru di Pasar EV
Baca Juga
Dengan skema sewa baterai dan jaminan beli balik hingga 70 persen, Polytron membawa angin segar ke industri kendaraan listrik Indonesia. Pendekatan ini tak hanya memperkuat posisi brand lokal, tapi juga membuka peluang adopsi EV yang lebih luas dan inklusif.
Jika strategi ini sukses, bukan tak mungkin Polytron akan jadi pelopor dalam mengubah cara orang Indonesia memandang mobil listrik: bukan lagi barang mewah, tapi solusi mobilitas masa depan yang terjangkau dan aman secara finansial. (*)
