Mengenal 3 Kardinal Hebat Asal Indonesia yang Pernah Ikut Pemilihan Paus di Vatikan

lifestyle.fin.co.id - 07/05/2025, 14:32 WIB

Mengenal 3 Kardinal Hebat Asal Indonesia yang Pernah Ikut Pemilihan Paus di Vatikan

Ignatius Kardinal Suharyo bersama Paus Fransiskus (Dokumen Istimewa)

fin.co.id - Pemilihan Paus bukan sekadar agenda biasa, karena momen sakral ini penuh makna dan Indonesia ternyata punya peran penting di dalamnya.

Konklaf dilakukan secara tertutup dan digelar di Kapel Sistina Vatikan, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul untuk menentukan siapa yang akan memimpin Gereja Katolik selanjutnya. 

Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang bisa ikut memilih, dan sepanjang sejarah, Indonesia sudah mengirimkan tiga nama istimewa.

Bukan cuma kebanggaan, tapi juga tanggung jawab spiritual besar. Yuk, kenalan dengan 3 sosok luar biasa yang pernah mewakili Indonesia dalam pemilihan Paus.

Justinus Darmojuwono

Justinus Darmojuwono adalah legenda, Ia jadi orang Indonesia pertama yang diangkat sebagai kardinal oleh Paus Paulus VI pada tahun 1967. Saat itu, ia menjabat sebagai Uskup Agung Semarang.

Hebatnya lagi, ia ikut dalam 2 konklaf penting di tahun 1978 yang satu memilih Paus Yohanes Paulus I, dan yang kedua menetapkan Karol Wojtyła sebagai Paus Yohanes Paulus II.

Meski pernah berada di jantung keputusan Gereja Katolik dunia, Darmojuwono tetap hidup sederhana. 

Ia menghabiskan masa pensiunnya di Semarang hingga wafat pada 1994. Keikutsertaannya dalam konklaf menjadi bukti bahwa suara umat Katolik Indonesia ikut membentuk arah Gereja universal.

Julius Darmaatmadja

Setelah Darmojuwono, tongkat estafet dipegang oleh Julius Darmaatmadja, seorang imam Jesuit yang pernah menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta dan Semarang.

Ia diangkat sebagai kardinal pada tahun 1994, lalu ikut dalam konklaf 2005 yang akhirnya memilih Paus Benediktus XVI. Tapi pada konklaf 2013, meski masih punya hak pilih, ia memutuskan tidak hadir.

Advertisement

Alasannya? Kondisi fisik yang menurun mata kabur, pendengaran melemah, dan tenaga tak lagi kuat untuk terbang ke Roma. 

Keputusannya itu jadi contoh luar biasa tentang kerendahan hati dan kesadaran bahwa memilih Paus bukan sekadar hak, tapi tanggung jawab suci.

Tuahta Aldo
Penulis
-->