Trend . 24/05/2025, 15:14 WIB
Penulis : Makruf | Editor : Makruf
fin.co.id - Pernahkah kamu merasa bahwa rasa berbunga-bunga dalam hubungan perlahan meredup setelah beberapa tahun bersama pasangan? Apakah itu artinya cintamu sudah memudar? Atau justru itulah fase alami dari sebuah hubungan manusia?
Banyak orang percaya bahwa cinta sejati akan selalu membara seperti hari-hari pertama. Namun, ilmu pengetahuan punya cerita yang sedikit berbeda, dan menarik.
Menurut beberapa penelitian, cinta romantis yang membakar jiwa itu memang tidak dirancang untuk bertahan selamanya. Bahkan, ada klaim yang mengatakan cinta manusia hanya bertahan sekitar empat tahun, sisanya adalah soal komitmen.
Benarkah begitu? Yuk, kita telusuri jawabannya lewat sains dan kenyataan hubungan manusia.
Ide bahwa cinta hanya bertahan selama empat tahun bukan sekadar mitos. Gagasan ini dipopulerkan oleh Dr. Helen Fisher, seorang antropolog biologis dari Rutgers University. Dalam penelitiannya tentang cinta dan otak manusia, ia menemukan bahwa:
Cinta romantis yang ditandai dengan gairah, obsesi, dan euforia tinggi biasanya hanya berlangsung antara 1 hingga 4 tahun
Ini sesuai dengan fungsi evolusioner, yaitu menjaga pasangan tetap bersama cukup lama untuk membesarkan anak hingga masa balita, sekitar empat tahun
Dalam pemindaian otak (fMRI), Fisher menemukan bahwa orang yang sedang jatuh cinta mengalami ledakan dopamin, serotonin, dan norepinefrin, bahan kimia yang membuat kita merasa senang, bersemangat, bahkan sedikit “ketagihan” terhadap pasangan.
Namun, seperti halnya candu, euforia itu akan mereda seiring waktu.
Jika fase pertama adalah cinta yang penuh gairah, maka fase berikutnya adalah komitmen yang dewasa. Di sinilah hormon seperti oksitosin dan vasopresin mulai memainkan peran utama. Keduanya dikenal sebagai “hormon ikatan” yang menciptakan rasa aman, nyaman, dan kedekatan emosional.
Hubungan yang bisa bertahan setelah fase 4 tahun biasanya masuk ke tahap cinta penuh kasih atau companionate love. Ciri-cirinya:
Saling percaya
Ikatan emosional yang dalam
Kenyamanan dan kestabilan
Jadi, meskipun fase jatuh cinta yang intens mungkin berlalu, hubungan tetap bisa menjadi hangat dan bermakna, asalkan ada komitmen, kepercayaan, dan kerja sama.
PT.Portal Indonesia Media