Religi . 24/06/2025, 13:02 WIB
Penulis : Mihardi | Editor : Mihardi
fin.co.id - Malam 1 Suro adalah momen penting dalam penanggalan Jawa, menandai pergantian tahun. Bagi masyarakat Jawa, malam ini sangat sakral.
Sejak era Sultan Agung dari Mataram (sekitar 1613-1645 M), tanggal 1 Suro sengaja diselaraskan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Penyelarasan ini bertujuan memadukan nilai-nilai kejawen dengan ajaran Islam yang berkembang pesat di Jawa.
Malam 1 Muharram adalah malam pergantian tahun dalam kalender Hijriah atau Tahun Baru Islam. Bagi umat Muslim, ini bukan sekadar pergantian angka tahun, melainkan kesempatan untuk refleksi diri dan memperingati peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, yang menjadi tonggak awal kalender Hijriah.
Intinya, Malam 1 Suro dan Malam 1 Muharram adalah malam yang sama, yaitu malam menjelang tanggal 1 Muharram (kalender Islam) atau 1 Suro (kalender Jawa). Tahun ini, Malam 1 Suro/1 Muharram 1447 Hijriah akan jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025 setelah waktu Magrib. Tanggal 1 Suro/1 Muharram 1447 Hijriah-nya sendiri adalah Jumat Kliwon, 27 Juni 2025.
Pantangan Malam 1 Suro: Tradisi versus Ajaran Islam
Meskipun dalam Islam semua bulan adalah baik, kepercayaan masyarakat Jawa meyakini Malam 1 Suro sebagai malam yang penuh kekuatan spiritual. Oleh karena itu, ada beberapa pantangan yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa, di antaranya:
1. Larangan Keluar Rumah: Dipercaya bisa membawa kesialan atau musibah, dan sering dikaitkan dengan mitos pertemuan dengan makhluk gaib.
2. Tidak Boleh Berbicara atau Berisik: Terutama bagi mereka yang melakukan ritual Tapa Bisu, yang merupakan bentuk pengendalian diri dan memohon keselamatan.
3. Tidak Boleh Mengadakan Pesta atau Hajatan (terutama pernikahan): Dianggap pamali dan dipercaya bisa mendatangkan hal buruk atau kesialan.
4. Tidak Boleh Berkata Kasar atau Buruk: Dipercaya bahwa perkataan buruk bisa menjadi kenyataan.
Dilarang Pindahan atau Membangun Rumah: Dipercaya dapat mendatangkan kesialan.
Penting untuk dipahami bahwa pantangan-pantangan ini berasal dari tradisi dan kepercayaan Jawa kuno, bukan dari ajaran Islam. Dalam Islam, tidak ada larangan khusus untuk melakukan aktivitas tertentu pada bulan Muharram, termasuk menikah.
Kalender Jawa dan Kalender Islam: Akulturasi Budaya
Kedua kalender ini memiliki ciri khasnya masing-masing:
Kalender Islam (Hijriah):
PT.Portal Indonesia Media