Pacu Jalur: Tradisi Riau yang Mendunia, Lebih dari Sekadar Lomba Dayung

lifestyle.fin.co.id - 06/07/2025, 20:17 WIB

Pacu Jalur: Tradisi Riau yang Mendunia, Lebih dari Sekadar Lomba Dayung

Tradisi Pacu Jalur di Riau

fin.co.id - Pacu Jalur bukan hanya sekadar lomba dayung yang memacu adrenalin. Pernahkah Anda membayangkan bahwa di balik gemuruh sorak penonton dan kayuhan mendayung yang serempak, tersembunyi kisah panjang sejarah, budaya, dan filosofi masyarakat Riau? Seperti dilansir fin.co.id pada hari ini, 6 Juli 2025, sorotan dunia terhadap Pacu Jalur justru membuka tabir nilai luhur yang diwariskan turun-temurun di bumi Kuantan Singingi.

Pacu Jalur, Lebih dari Sekadar Perlombaan

Menurut Dr. Zulfa Hanum, sejarawan kebudayaan dari Universitas Indonesia, Pacu Jalur sudah hidup di tengah masyarakat Melayu Riau jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. “Pacu Jalur itu bukan cuma lomba. Ia lahir sebagai ritual sosial sejak zaman kerajaan-kerajaan Melayu. Dahulu, jalur atau perahu panjang menjadi transportasi utama di sungai, dan lomba ini menjadi sarana menunjukkan kekuatan, solidaritas, serta gotong royong antar kampung,” ungkap Dr. Zulfa.

Lebih dari sekadar olahraga, Pacu Jalur menjadi ruang penyelesaian sengketa, mempererat silaturahmi, hingga menjadi simbol pertahanan sosial. “Setiap jalur atau perahu panjang bukan benda mati. Ada roh dan filosofi yang melekat. Mulai dari ritual pembuatan, pemberian nama, hingga prosesi sebelum lomba, semuanya menunjukkan betapa sakralnya tradisi ini bagi masyarakat Kuansing,” lanjutnya.

Sorotan Dunia dan Warisan Budaya Tak Benda

Sorotan internasional kini tertuju pada Pacu Jalur, apalagi setelah tradisi ini diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO. Prof. Dr. Wan Syaifuddin, Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Indonesia, menyebut momen ini sebagai peluang emas memperkenalkan budaya Melayu ke panggung dunia.

“Pengakuan dunia menjadi bukti keunikan budaya Melayu yang sebelumnya mungkin belum banyak diketahui. Pacu Jalur bukan hanya soal kecepatan mendayung, tetapi juga melibatkan seni ukir perahu, nyanyian pengiring, pakaian adat, serta semangat kebersamaan yang kental,” jelas Prof. Wan.

Prof. Wan juga menggarisbawahi daya tahan tradisi ini meskipun diterpa modernisasi. “Nilai-nilai luhur seperti musyawarah untuk mufakat dalam menentukan strategi, kepemimpinan tukang tari alias juru kemudi, dan semangat pantang menyerah tetap terjaga. Pacu Jalur menunjukkan bagaimana tradisi mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya,” katanya.

Kesimpulan: Pacu Jalur, Warisan yang Harus Dijaga

Pacu Jalur bukan hanya kebanggaan masyarakat Kuansing, tetapi juga cerminan kekayaan budaya Indonesia yang pantas mendunia. Seperti dikutip dari Disway.id hari ini, tradisi ini menjadi bukti bahwa warisan budaya tak sekadar cerita masa lalu, melainkan napas kehidupan yang terus berdenyut di tengah masyarakat modern. Kini, sorotan dunia menjadi pengingat pentingnya menjaga Pacu Jalur, agar tetap lestari dan terus menginspirasi generasi mendatang. (Hasyim Ashari)

Sigit Nugroho
Penulis