fin.co.id - Kabar baik mengenai kemajuan uji klinis vaksin Tuberkulosis (TBC) generasi baru di Indonesia, terutama yang menggunakan metode inhalasi, memang membawa optimisme besar.
Namun, seperti layaknya vaksin atau obat baru lainnya, calon vaksin TBC ini juga memiliki efek samping (KEPI, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang harus diantisipasi.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. dr. Erlina Burhan yang juga Principal Investigator uji klinis vaksin TBC inhalasi menegaskan, masyarakat tidak perlu panik. Efek samping yang diamati sejauh ini umumnya ringan dan bersifat sementara.
Prof. Erlina menjelaskan bahwa efek samping yang muncul pada partisipan uji klinis vaksin Bill Gates memiliki efek samping pada umumnya seperti demam dan sakit di area suntikan.
"Efek samping yang ditemukan sih sama dengan vaksin-vaksin yang lain ya. Seperti sakit di tempat suntikan. Ada demam setelah disuntik. Tapi kemudian hilang. Jadi nggak ada yang istimewa sih sama aja dengan vaksin-vaksin yang lain," ujar Erlina Burhan, Minggu 16 November 2025.
Prof. Erlina menekankan bahwa mengumpulkan data mengenai efek samping adalah tujuan utama dari pelaksanaan Uji Klinis Fase I.
"Semua calon vaksin pasti punya efek samping, itu adalah hal yang normal. Tugas kami di Fase I adalah memetakan dan memastikan bahwa efek samping yang muncul tidak serius dan dapat ditoleransi oleh tubuh," jelas Prof. Erlina Burhan.
Baca Juga
Jika efek samping yang muncul tergolong serius (misalnya, reaksi alergi berat, atau efek yang membahayakan nyawa), maka pengembangan vaksin tersebut akan segera dihentikan.
Berdasarkan pemantauan sejauh ini, efek samping yang ditemukan pada kandidat vaksin TBC inhalasi China tergolong ringan hingga sedang dan akan hilang dalam beberapa jam atau hari.
Indonesia, dengan keterlibatan aktifnya dalam uji klinis vaksin TBC generasi baru, berkomitmen penuh untuk memastikan bahwa calon vaksin yang nantinya lolos tidak hanya efektif, tetapi juga aman digunakan oleh masyarakat luas untuk mengakhiri epidemi TBC.