Kasus Rahim Copot Bikin Ngeri, Siap-Siap Tak Bisa Punya Anak Lagi!

lifestyle.fin.co.id - 18/11/2025, 15:51 WIB

Kasus Rahim Copot Bikin Ngeri, Siap-Siap Tak Bisa Punya Anak Lagi!

Kasus “rahim copot” viral di media sosial. Foto: Freepik.

fin.co.id - Fenomena “rahim copot” kembali bikin jagat maya geger. Setelah seorang influencer medis, dr. Gia Pratama, membagikan temuan kasus itu, banyak orang langsung panik dan mencari tahu apakah kondisi tersebut benar-benar bisa terjadi dan apa dampaknya bagi tubuh wanita.

Dalam sebuah temu media di Jakarta, dokter spesialis obstetri dan ginekologi lulusan Universitas Indonesia, dr. Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, Sp.OG, IBCLC, memberi penjelasan lengkap mengenai apa yang sebenarnya terjadi ketika seorang wanita mengalami kondisi ekstrem seperti rahim lepas.

Rahim Copot Bisa Bikin Wanita Tak Bisa Hamil Lagi

Nisa tidak menutupi fakta pahitnya. Ia menegaskan bahwa seorang wanita tidak bisa hamil lagi ketika rahimnya benar-benar lepas dari tubuh.

“(Pasien) enggak bisa punya anak lagi, kalaupun (rahim) disambung itu agak tricky, karena pembuluh darahnya pasti akan ada yang terlepas dan yang lain sebagainya,” tegasnya.

Menurutnya, rahim berfungsi sebagai tempat embrio berkembang. Tanpa organ ini, pembuahan tidak bisa berjalan normal karena embrio tidak punya tujuan akhir untuk menempel dan tumbuh.

Embrio Tidak Bisa ‘Nyasar’ Tanpa Rahim

Nisa menjelaskan proses pembuahan dengan sederhana. Ia mengatakan sperma dan sel telur bertemu di tuba falopi, lalu membentuk embrio. Setelah itu, embrio bergerak menuju rahim untuk menempel dan berkembang.

“Jadi kan kalau embrio kan dia terjadinya pembuahan di tuba, ketemu sama sperma dan sel telur, jadilah embrio. Embrio akan jalan ke rahim. Kalau rahimnya enggak ada terus jalan ke mana?” ujarnya.

Artinya, sekalipun ovarium masih memproduksi sel telur dan hormon, proses kehamilan tetap mustahil.

Menstruasi Tetap ‘Terasa’, Tapi Tidak Keluar

Banyak orang mengira wanita tanpa rahim otomatis tidak mengalami gejala menstruasi. Padahal tubuh masih bisa memberikan sensasi yang mirip siklus bulanan.

Nisa menjelaskan bahwa ovarium tetap berfungsi normal, termasuk memproduksi hormon dan memicu ovulasi. Bedanya, darah menstruasi tidak bisa keluar karena sumber darah itu seharusnya berasal dari lapisan endometrium di rahim. Tanpa rahim, endometrium pun tidak ada.

“Sebenarnya tubuh kita masih ovulasi dan (merasa seperti) menstruasi, cuma ya darahnya enggak keluar karena keluarnya darah itu dari lapisan endometrium yang meluruh, kalau rahimnya tidak ada, endometrium sudah enggak ada,” jelasnya.

Struktur Penyangga Rahim Sangat Kuat, Tapi Bisa Bermasalah Jika Ada Penanganan yang Tidak Tepat

Secara anatomi, rahim ditopang oleh berbagai jaringan kuat seperti ligamentum dan struktur penahan lainnya. Namun, risiko tetap ada terutama dalam kondisi tertentu.

Nisa mengungkapkan, penanganan persalinan yang tidak sesuai prosedur dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk inversio uteri, kondisi ketika rahim terbalik atau terdorong keluar. Salah satu risiko muncul jika ada tindakan menarik plasenta terlalu cepat.

Kesalahan prosedur seperti ini dapat memicu situasi yang mengarah pada rahim lepas, meskipun kejadiannya tergolong sangat jarang.

Wanda Afifah
Penulis