Memahami Suku Baduy, dari Asal-Usulnya hingga Warisan Tradisional
Memahami Suku Baduy, dari Asal-Usulnya hingga Warisan Tradisional-SUMBER : FIN/PINTEREST-
FIN.CO.ID - Suku Baduy hidup sederhana dan mempertahankan tradisi nenek moyang. Termasuk pakaian serba hitam, larangan menggunakan sepatu, dan kehidupan agraris yang berkelanjutan.
Mereka membatasi interaksi dengan dunia luar untuk menjaga keaslian budaya mereka. Menurut laman resmi Kemendikbud, legenda suku Baduy Dalam berasal dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang turun ke bumi, dengan peran mempertahankan keseimbangan.
Analoginya mirip dengan cerita Nabi Adam dalam keyakinan agama. Suku Baduy meyakini bahwa mereka adalah keturunan Nabi Adam. Namun, para ahli sejarah merujuk pada temuan prasasti, catatan pelaut dari Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat tentang Tatar Sunda.
Menurut penelitian ahli sejarah, masyarakat Baduy (Kanekes) memiliki hubungan dengan Kerajaan Pajajaran sekitar abad ke-16, sebelum berdirinya Kesultanan Banten.
Pangeran Pucuk memerintahkan pasukan prajurit untuk menjaga Gunung Kendeng-Sungai Ciujung. Namun, pandangan lain oleh Van Tricht pada tahun 1982 menolak pandangan sebelumnya.
Menurutnya, masyarakat Baduy telah lama ada di sana dan sangat mempertahankan budaya nenek moyang mereka. Ini sejalan dengan pandangan Danasasmita dan Djatisunda (1986) yang menyebutkan adanya seorang raja di sekitar Baduy bernama Rakeyan Darmasiska, yang memerintahkan mereka untuk merawat Kabuyutan dan menjadikannya kawasan suci.
BACA JUGA:
- Makna Tanah Banten dari Baduy dan Kawasan Keraton Surosowan, yang di Bawa ke IKN Nusantara
- Usai Dikenakan Jokowi, Permintaan Tas Koja Khas Baduy Meningkat di Pasaran
Ciri-ciri Suku Baduy
Ciri khas Suku Baduy tercermin dalam gaya hidup dan warisan budaya yang masih dijaga hingga kini. Salah satu contohnya adalah rumah adat mereka, Sulah Nyanda, yang terbuat dari kayu, bambu, dan atap ijuk atau rumbia.
Mereka terbagi menjadi Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Suku Baduy Dalam tetap mempertahankan adat istiadat lama, menolak teknologi modern, dan memakai pakaian putih sebagai simbol kesucian.
Sementara Suku Baduy Luar menerima teknologi dan gaya hidup modern, sering mengenakan pakaian hitam dan ikat kepala biru. Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai petani dan peternak.
Perempuan Baduy terampil dalam menenun kain untuk pakaian dan aksesoris, serta membuat tas dari kulit pohon terep. Pemimpin Suku Baduy disebut Pu'un, asistennya disebut Jaro, dan pemimpin adat disebut Kejeroan.
Mereka memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan dan menyembah di pamunjungan atau kabuyutan, tempat punden berundak yang biasanya berada di bukit.
Tradisi Suku Baduy
Suku Baduy terkenal dengan beragam tradisi yang unik dan khas. Beberapa di antaranya telah menjadi sorotan karena keistimewaannya.
1. Gemar Berjalan Kaki
Masyarakat Suku Baduy dikenal karena kebiasaan mereka yang gemar berjalan dengan kaki telanjang, bahkan untuk perjalanan jarak jauh.
Mereka mengikuti prinsip hidup untuk tidak menggunakan alas kaki atau kendaraan sebagai cara untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Baduy, dari Asal Usul hingga Tradisi".
2. Sistem Kekerabatan Berdasar Wilayah
Dalam masyarakat Baduy, sistem kekerabatan didasarkan pada wilayah tempat tinggal, tercermin dalam tiga divisi: Kampung Tangtu, Kampung Panamping, dan Pajaroan.
Keseluruhan wilayah Desa Baduy disebut "Tangtu Teulu Jaro Tujuh", menandakan bahwa semua penduduk di wilayah Kanekes Baduy dianggap sebagai satu keluarga yang berasal dari nenek moyang yang sama.
3. Sistem Kekerabatan Merujuk Nama Ibu
Masyarakat Baduy memiliki kebiasaan unik dalam pemberian nama, di mana suku kata awal nama seseorang diambil dari nama orang tua mereka.
Anak perempuan biasanya mengambil nama dari ayah mereka, sementara anak laki-laki mengambil nama dari ibu mereka. Namun, dalam pemanggilan sehari-hari, masyarakat Baduy menggunakan nama anak tersebut.
Sumber: