Tantrum Bisa Jadi Gejala Bipolar dan Skizofrenia, Ini Cara Membedakannya

lifestyle.fin.co.id - 14/05/2025, 18:46 WIB

Tantrum Bisa Jadi Gejala Bipolar dan Skizofrenia, Ini Cara Membedakannya

Mengenal Apa Itu Skizofrenia, Image: Cotton Bro Studio / Pexels

fin.co.id - Tantrum pada anak sering dianggap sebagai bagian normal dari fase perkembangan emosi. Namun, para ahli kesehatan jiwa memperingatkan bahwa ledakan emosi yang intens dan berulang juga bisa menjadi tanda awal gangguan mental serius seperti bipolar dan skizofrenia, terutama pada anak-anak dan remaja.

Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K) Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI RSCM menjelaskan bahwa penting bagi orang tua dan pendidik untuk membedakan tantrum biasa dengan gejala awal gangguan jiwa.

Tantrum normal umumnya terjadi karena frustrasi, kelelahan, atau keinginan yang tidak terpenuhi. Tapi jika intensitasnya ekstrem, berlangsung lama, dan disertai perubahan perilaku yang drastis, itu perlu diwaspadai.

"Pastinya kita kembali lagi sih melihat yang namanya schizophrenia atau gangguan bipolar itu pasti ada penurunan daya sih sebenarnya," ujar Prof Tjhin ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 14 Mei 2025.

"Ada distress dan adanya disability juga. Distress artinya menimbulkan penderitaan buat dia karena kondisi emosinya, kondisi cara dia berpikirnya," tambahnya.

Lebih lanjut, Prof Tjhin juga menjelaskan gangguan bipolar dan skizofrenia juga bisa dilihat dari perilaku anak dan remaja yang mengisolasikan diri dari kehidupan bermasyarakat.

Sementara, pada remaja dengan perkembangan hormon yang bukan gejala bipolar dan skizofrenia mereka masih bisa melakukan sosialisasi seperti bersekolah, dll.

"Tidak seperti orang-orang pada umumnya, dia kan juga tentunya akan menjadi terisolasi, tidak diterima atau bisa menimbulkan gak bisa sekolah lagi, gak bisa bersosialisasi lagi dengan baik. Berarti kan ini merupakan tanda yang akan sebenarnya dilakukan," tuturnya.

"Kalau remaja dengan perubahan hormonal, dengan perubahan prilaku dan emosi karena memang estrogen dan progress terlalu tinggi kan dia tetap sekolah dengan baik, tetap berprestasi dengan baik, sosialisasi dengan baik," pungkasnya. (Hasyim Ashari)

Khanif Lutfi
Penulis
-->