Materi Khutbah Jumat: Qurban sebagai Wujud Keikhlasan dan Ketakwaan

lifestyle.fin.co.id - 23/05/2025, 08:45 WIB

Materi Khutbah Jumat: Qurban sebagai Wujud Keikhlasan dan Ketakwaan

Materi Khutbah Jumat: Qurban sebagai Wujud Keikhlasan dan Ketakwaan

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum Muslimin sidang jama'ah Idil Adha rahimakumullah.

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki pondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran qurban dan praktiknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Isma'il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِيْ المَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَآأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَابِرِيْنَ

"Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Peristiwa Nabi Ibrahim AS yang rela menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, merupakan salah satu ujian ketaatan paling agung dalam sejarah kenabian. Momen ini menjadi tonggak sejarah penting yang kelak dianjurkan untuk dikenang dan diteladani umat Islam dalam bentuk penyembelihan hewan qurban pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik, yakni 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Lebih dari sekadar perintah penyembelihan, kisah ini sarat makna spiritual. Ia mengajarkan nilai-nilai luhur seperti keteguhan iman, keyakinan terhadap kebenaran perintah Allah, keikhlasan, serta kesabaran dalam menjalani perintah-Nya. Nabi Ibrahim AS tidak menjalankan perintah Allah karena taqlid buta, melainkan karena keyakinan mendalam bahwa setiap titah Allah adalah kebenaran yang harus dipatuhi sepenuh hati.

Allah SWT menjadikan perintah tersebut sebagai cermin dan ujian bagi umat setelahnya: sejauh mana manusia sanggup mengorbankan sesuatu yang dicintainya—diri, keluarga, maupun harta benda—demi menjalankan perintah Ilahi dan menunaikan amanah sebagai khalifah di muka bumi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Dalam kajian fiqh, ibadah qurban dikenal pula dengan istilah udhhiyah, yang merujuk pada penyembelihan hewan di waktu pagi hari saat matahari mulai naik (dhuha). Ibn Qayyim al-Jauziyah menafsirkan qurban sebagai tindakan mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih hewan ternak pada waktu tersebut, sebagai bentuk upaya meraih ridha-Nya.

Hewan qurban yang disebut udlhiyah atau nahar merupakan simbol dari tadlhiyah—yakni pengorbanan. Baik secara ritual maupun simbolis, ibadah ini merepresentasikan upaya spiritual (taqarrub) seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Jika menyembelih hewan adalah bentuk pengorbanan fisik yang nyata, maka tadlhiyah juga mencakup pengorbanan dalam arti luas: mengorbankan ego, kepentingan pribadi, dan kesenangan duniawi demi tegaknya nilai-nilai ilahiah dalam kehidupan.

Esensi dari ibadah qurban terletak pada sikap batin seperti keikhlasan, ketaatan, dan kejujuran. Meskipun aspek lahiriyah tetap penting, ia hanya bermakna jika disertai dengan niat yang tulus. Sering kali syaitan menggoda kita untuk meninggalkan ibadah qurban, dengan bisikan bahwa ibadah tanpa keikhlasan tiada guna. Namun, sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, tipu daya syaitan itu harus dilawan: "Jangan sampai karena belum merasa ikhlas, kita justru tidak beribadah sama sekali."

Ibadah qurban sejatinya bukan hanya soal menyumbangkan daging kepada fakir miskin, tetapi lebih dalam lagi, merupakan sarana untuk menyucikan hati dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam Surah Al-Hajj ayat 37, Allah SWT menegaskan bahwa bukan daging maupun darah hewan qurban yang sampai kepada-Nya, melainkan ketakwaan dan keikhlasan dari hati orang yang berqurban.

Ari Nur Cahyo
Penulis
-->