Hikmah yang Bisa Dipetik oleh Ummat Islam dalam Menyambut Isra’ Mi’raj

Hikmah yang Bisa Dipetik oleh Ummat Islam dalam Menyambut Isra’ Mi’raj

Isra' Mi'raj Malam Bersejarah bagi Ummat Islam--

FIN.CO.ID - Tak terasa kita sudah memasuki akhir dari bulan Rajab yang mana memiliki arti sangat mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia dengan merayakan Isra' Mi'raj. Sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menyempurnakan ajaran agama Islam.

Isra Mikraj adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Islam Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa sangat penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam

Kejadian yang berlangsung pada 27 Rajab di tahun kedelapan kenabian ini merupakan peristiwa perjalanan suci Nabi Muhammad SAW. Dilakukan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, hingga naik ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam.

BACA JUGA:

Hal ini juga tercatat pada awal ayat Allah SWT berfirman diawali dengan kata ‘subhana’ yang berarti ‘maha suci’, tidak terdapat pada 113 surat lain dalam Al Qur’an. Ini dapat mewakili pembuktian kecintaan dan kasihNya terhadapnya hamba tercintaNya, Nabi Muhammad SAW.

Untuk itu, berikut adalah hikmah-hikmah yang bisa dipetik dalam mengimani nilai-nilai Islami dalam kisah Isra' Mi'raj.

Memegang Prinsip akan Kebenaran

Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sepulang dari perjalanan Isra' Mi'raj adalah memegang prinsip akan kebenaran. Perjalanan ini tentu membuat Nabi Besar junjungan kita mendapat banyak sekali hikmah, salah satu yang disebarkan kepada ummatnya adalah prinsip akan kebenaran

Mengedepankan Sikap Tawadhu

Malam Isra' Mi'raj dan Hikmah yang Terkandung di dalamnya--
Ini merupakan hikmah yang harus dan terus diingat oleh Nabi Muhammad SAW kepada ummatnya, yakni bersifat Tawadhu. Mengutip dari ayat pertama surat Al-Isra’, yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi’raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad adalah 'abdun yang berarti hamba.

Penyebutan kata ‘abdun dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi. Asal mula penyebutan ‘abdun berawal ketika Nabi Muhammad saw diberikan pilihan oleh Allah melalui Malaikat Jibril, untuk memilih ingin menjadi nabi sekaligus raja atau menjadi nabi sekaligus hamba. 

Kemudian Nabi lebih memilih menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa status kehambaan merupakan derajat paling agung di sisi Allah.

BACA JUGA: 

Mengagumi Keindahan dan Kemegahan Masjidil Aqsa 

Seperti yang kita tahu, Masjidil Aqsa merupakan rumah sekaligus kiblat pertama ummat Muslim yang lokasinya saat ini berada di negara Palestina. Dalam perjalanan Isra’, Masjidil Aqsa yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya Mi’raj atau naik ke Sidratul Muntaha. Ini merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Kakbah. Pahala shalat di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) 500 kali lipat dibanding masjid biasa.

Mendirikan Shalat Sebagai Tiang Kehidupan

Perjalanan Nabi Muhammad SAW selama memenuhi panggilan Allah dengan Isra' Mi'raj, sekaligus memantapkan keputusan bahwa ummat Islam di seluruh dunia harus mendirikan Shalat 5 waktu dalam satu malam.

Rangga Dipa

Tentang Penulis

DAPATKAN UPDATE BERITA TEKNO LAINNYA DI

google news icon

Sumber:

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan Redaksi FIN
Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.