Religi

Sejarah Masjid Tjia Khang Hoo Jakarta Timur, Lambang Kerukunan Antarumat Beragama

lifestyle.fin.co.id - 16/03/2024, 21:52 WIB

Masjid Tjia Kang Hoo yang berada di Jalan H Soleh, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini memiliki bangunan yang mirip dengan klenteng.

fin.co.id - Banyak yang belum mengetahui sejarah Masjid Tjia Kang Hoo Jakarta Timur.

Masjid Tjia Kang Hoo yang berada di Jalan H Soleh, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini memiliki bangunan yang mirip dengan klenteng.

Diketahui, pemilik dari Masjid Tjia Kang Hoo ini merupakan seorang keturunan Tionghoa yang beragama Islam.

"Tempat ini dulunya adalah rumah kakek saya yang bernama Tjia Kang Hoo. Kakek saya dulunya beragama konghucu, lalu kakek saya masuk Islam," ujar Muhammad Wildan Hakiki selaku Ketua DKM sekaligus cucu dari almarhum Tjia Kang Hoo (Haji Abdul Soleh) saat ditemui fin.co.id pada Sabtu 16 Maret 2024.

BACA JUGA: Jaga Tradisi, Setiap Ramadan Masjid di Aceh Bagikan Kanji Rumbi Jelang Buka Puasa

Setelah sang kakek dan nenek wafat kata Wildan, sang ayah yang bernama Haji Budiyanto kemudian berniat membangun Masjid Tjia Kang Hoo dengan arsitektur khas Tionghoa.

"Ayah saya ingin memberikan kenang-kenangan ya, karena kita kan juga keturunan Tionghoa, makanya dibentuk masjid dengan arsitektur begini," terangnya.

"Hampir mayoritas di lingkungan ini Konghucu dan masih saudara semua, jadi saling hormati kita di sini," lanjut Wildan.

Untuk biaya pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo sendiri, Wildan tak ingin menyebutkan, namun ia mengaku bahwa ada over budget untuk pembangunan masjid ini.

BACA JUGA: Melongok Keindahan Masjid Tjia Khang Hoo Berornamen Khas Tiongkok Dilengkapi Ukiran Asmaul Husna

"Semuanya menggunakan dana pribadi 100 persen ya, untuk total anggarannya sendiri nggak bisa jawab, tapi kalo budgetnya saya akui memang over," ucapnya sambil tertawa.

Wildan memaparkan hal tersebut dikarenakan sang ayah dan ibu mendadak mendapat inspirasi baru untuk ornamen masjid saat sedang berpergian seperti ke Pantai Indah Kapuk (PIK) atau Petak 9. Alhasil harus ada yang diubah.

"Misal mereka lagi jalan, lalu difoto karena dilihatnya bagus, lalu dikirim ke grup keluarga, lalu runding ke tim bangunan, diubah lagi. Itu pager depan harusnya udah jadi, dibongkar lagi," bebernya.

Kemudian untuk material dan ornamen yang ada di masjid ini semuanya dipesan dari dalam negeri. Wildan sendiri sempat mengaku kesulitan untuk mencari material yang sesuai, seperti genteng.

Khanif Lutfi
Penulis